archives

Berita Nasional

This category contains 7 posts

Peristiwa 10 November

Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak

Tentara India Britania menembaki penembak runduk Indonesia di balik tank Indonesia yang terguling dalam pertempuran di Surabaya, November 1945.

tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. [2]

Continue reading

Ternyata Teh Celup Berbahaya

Apakah benar teh celup membahayakan kesehatan? Mengapa demikian? Ternyata penyebabnya lebih pada kemasannya, kantong kertas kecil berserat renggang yang ternyata mengandung chlorine, yang antara lain bisa menyebabkan kemandulan, keterbelakangan mental dan kanker! Untuk dapat lebih memahaminya, kita akan membahas perihal teh celup ini secara garis besar saja.
Di pasaran, ada 3 jenis teh yang biasa dijual; teh celup, teh daun atau teh serbuk seduh, dan teh bubuk instan. Masing-masing jenis teh bisa dipilih sesuai kebutuhan. Sebelum mengkonsumsinya, pastikan Tanggal Kedaluarsanya ! Teh Celup Bubuk teh yang dibungkus sejenis kertas berpori-pori halus yang tahan panas. Bagi Anda penggemar teh, pasti tahu teh celup.
Sangat modern dan praktis. Pastinya Anda sering minum teh karena paham akan manfaat teh bagi tubuh. Misalnya saja, teh merah untuk relaksasi, teh hitam untuk pencernaan, atau teh hijau untuk melangsingkan tubuh. Saat hendak minum teh, apakah Anda terbiasa mencelupkan kantong teh celup berlama-lama? Jika ya, hati-hati. Mungkin Anda senang mencelupkan teh lama-lama karena berpikir semakin lama kantong teh dicelupkan dalam air panas, makin banyak khasiat teh tertinggal dalam minuman teh karena teh semakin pekat.

Asal mula teh celup
Anda minum teh? Teh celup atau teh tubruk? Sudah barang tentu dengan alasan kepraktisan, banyak orang yang lebih memilih teh celup.
Secara tidak sengaja teh celup ditemukan oleh Thomas Sullivan, seorang pedagang teh dan kopi dari New York, dia mengirim sample teh dalam kantong sutra kecil kepada para pelanggannya. Dia menggunakan kantong sutra karena alasan ekonomis, kalau menggunakan kaleng, selain biaya pembuatannya lebih mahal, teh yang dikemas juga harus lebih banyak.
Pada awalnya para pelanggan Thomas bingung dengan kemasan baru ini. Mereka menganggap kemasan ini sama saja dengan teh yang dimasukkan dalam saringan metal, mereka langsung melemparkan begitu saja kemasan tersebut ke dalam air panas. Baru kemudian mereka menyadari bahwa ternyata kemasan tersebut cukup praktis untuk menyeduh teh secara langsung. Mereka menganggap ini lebih praktis karena tidak perlu membersihkan saringan teh atau teko. Selesai diseduh, kemasan berikut tehnya bisa langsung dibuang. Lama-kelamaan permintaan sample teh dalam kemasan makin banyak, dan pada akhirnya Thomas Sullivan menyadari bahwa ini bisa menjadi dagangan yang menguntungkan. Teh celupnya mulai dipasarkan secara komersial pada tahun 1904, dan dengan cepat popularitasnya menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Akan tetapi, disadari pula, kemasan tersebut membawa problem sendiri: Kualitas aroma dan rasa. Daun teh, membutuhkan ruangan untuk mengembang, sehingga bisa mengeluarkan aroma dan rasa yang optimal. Solusinya adalah membuat kemasan lebih besar, dan daun teh yang digunakan ukurannya yang paling kecil. Ukuran ini dikenal dengan nama Fanning dan Dust yang merupakan tingkat terendah dari kualifikasi kualitas teh. Ukuran yang kecil menyebabkan zat tannin lebih cepat keluar, sehingga menimbulkan rasa pahit.
Bagaimanapun, aroma dan rasa terbaik akan keluar dari hasil seduhan loose tea atau teh tubruk. Jadi kalau anda memang ingin meningkatkan apresiasi anda terhadap teh, mulailah beralih ke loose tea. Dari segi kepraktisan, memang lebih repot. Tetapi ritual penyeduhan teh merupakan bagian dari seni teh itu sendiri. Dan jangan lupa untuk tidak membiarkan ampas teh tetap di dalam teko atau cangkir Anda.
Namun seiring perkembangan zaman, kantong teh kemudian berganti, dari sutera ke kertas, inilah yang kemudian menimbulkan masalah.

Teh celup masa sekarang
Teh celup terdiri dari ramuan teh, yang kemudian untuk menambah keharumannya, di Indonesia biasanya dicampur melati, yang kesemuanya dikemas dalam kantong kecil.
Tehnya sendiri tidak berbahaya, yang berbahaya adalah kantong kertas kemasannya. Kantong teh terbuat dari kertas kecil berserat renggang, –seperti sudah disebutkan di depan, pada masa awalnya kantongnya terbuat dari sutera atau nylon– yang diisi dengan daun teh, agar dapat menyeduh teh dengan hemat dan praktis. Daun tehnya tetap berada dalam kantong ketika teh diseduh dengan air panas, membuatnya sangat mudah mengeluarkan dan membuang daun teh yang sudah diseduh itu, menyeduh teh menjadi semakin mudah karena kantung itu diikatkan pada selembar benang dengan label kertas di ujung yang lain. Jadi benang ini juga berfungsi sebagai alat untuk mencelupkan daun teh dan mengangkatnya.

Bahaya Chlorine
Pada umumnya kertas dibuat dari pulp (bubur kertas), yang terbuat dari bahan kayu, bubur ini berwarna coklat tua, untuk membuat serat pulp itu berwarna putih, digunakan sejenis bahan kimia pemutih yang terbuat dari senyawa chlorine yang sangat pekat. Sayang dalam prosesnya, chlorine ini tetap tertinggal dalam produk kertas karena tidak dilakukan penetralan karena biayanya sangat tinggi. Kertas semacam inilah yang kemudian digunakan sebagai kantong teh celup.
Hindari mencelupkan kantong teh terlalu lama, karena Anda tentu berpikir bahwa semakin lama Anda merendam teh celup itu dalam air panas, semakin banyak sari teh yang tertinggal dalam cangkir Anda. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Akan semakin banyak kandungan chlorine di kantong teh celup yang larut dalam teh Anda, apa lagi kalau Anda merendamnya lebih dari 3 menit.
Dalam industri kertas, chlorine memang biasa digunakan sebagai bahan insektisida, disinfektan, pengawet, pembersih dan pemutih kertas, yang kemudian digunakan untuk membuat tissue, popok, kain dan sebagainya; juga sumpit kayu sekali pakai, oleh sebab itu di China, sumpit jenis ini dilarang digunakan. Kenapa? Berdasarkan penelitian, diduga ada kaitan antara konsumsi chlorine dalam tubuh dengan kemandulan pria, lahir cacat, keterbelakangan mental serta kanker.

I. Kandungan zat klorin di kantong kertas teh celup
Kandungan zat klorin di kantong kertas teh celup akan larut. Apalagi jika Anda mencelupkan kantong teh lebih dari 3 – 5 menit. Klorin atau chlorine, zat kimia yang lazim digunakan dalam industri kertas. Fungsinya, disinfektan kertas, sehingga kertas bebas dari bakteri pembusuk dan tahan lama. Selain itu, kertas dengan klorin memang tampak lebih bersih. Karena bersifat disinfektan, klorin dalam jumlah besar tentu berbahaya. Tak jauh beda dari racun serangga. Banyak penelitian mencurigai kaitan antara asupan klorin dalam tubuh manusia dengan kemandulan pada pria, bayi lahir cacat, mental terbelakang, dan kanker.
Nah, mulai sekarang, jangan biarkan teh celup Anda tercelup lebih dari 5 menit. Atau, kembali ke cara yang sedikit repot: Gunakan teh bubuk. Minumlah teh, bukan klorin…

II. (Penelitian)
Kebanyakan orang Indonesia (terutama Jawa) kalo minum teh malah sebenarnya minum gula, karena banyakan gulanya daripada tehnya. Lebih tepatnya, minum gula campur teh, campur susu, atau kopi .. sekarang ketambahan minum gula campur teh & chlorine lagi. Tapi saya percaya, yg terakhir ini masih lebih banyak sari teh-nya daripada chlorine-nya.
Berarti ada chlorine-nya ya di kertas teh celup …

Chlorine tergolong powerful oxidizing agent, bersifat toxic dan corrosive.
Biasa digunakan dalam proses bleaching (contoh di pabrik kertas), manufacturing syntetic rubber & plastic, serta desinfektan untuk pemurnian air.
Di Permenkes (no …), utk persyaratan kualitas air minum, setahu saya, tidak disebutkan nilai batas keberadaan chlorine (apa berarti tidak diperbolehkan?). Tapi untuk Kualitas Air Kolam Renang, Permenkes masih diperbolehkan dengan batasan antara 0.2 – 0.5 mg/L (tolong dikoreksi kalo saya keliru). Demikian juga WHO, setahu saya batasannya max. 0.5 mg/L.
Kadar klorin di dalam kemasan teh yang cuma 200 ml, bisa jadi lebih tinggi dibandingkan dengan klorin dipengolahan PDAM yang sekian ribu kubik karena konsentras nya merupakan fungsi dari volume mG/Liter. Jadi jangan dilihat volume total, tapi dalam tiap liternya.”

III.  Tanggapan LSM
Makanya industri ini mendapat serangan hebat dari LSM lingkungan karena hal di atas, di samping juga masalah kehutanan. Kertas terbuat dari bubur pulp yang berwarna coklat tua kehitaman. Agar serat berwarna putih, diperlukan sejenis bahan pengelantang (sejenis rinso/baycline) senyawa chlorine yang kekuatan sangat keras sekali!
Kertas sama dengan kain, karena memiliki serat. Kalau Anda mau uji benar apa tidaknya, silahkan coba nanti malam bawa tissue ke Studio East, lihatlah tissue akan mengeluarkan cahaya saat kena sinar ultraviolet dari lampu disco!
Berarti masih mengandung chlorine tinggi. Kalau di negara maju, produk ini harus melakukan proses neutralization dgn biaya cukup mahal agar terbebas dari chlorine dan dapet label kesehatan. Tissue atau kertas makanan dari negera maju yang dapat label Depkes-nya tidak bakalan mengeluarkan cahaya tersebut saat kena UV. Kertas rokok sama saja, bahkan ada calsium carbonat agar daya bakarnya sama dengan tembakau dan akan terurai jadi CO saat dibakar. Di Indonesia tidak ada yang kontrol, jadi harap berhati-hati.

Jadi apa jalan keluarnya?
Yang pertama, jangan terlalu lama merendam teh celup dalam air panas, jangan lebih dari 3 menit.

Yang kedua, hindari penggunaan teh celup, sebagai gantinya, kembali seperti dulu, dengan menggunakan teh tubruk, atau teh teko, kalau mau lebih nikmat lagi, lakukan ritual minum teh seperti di China, Korea atau Jepang, ini bisa menenangkan dan meningkatkan rasa hormat kepada orang lain, karena pada intinya, ritual minum teh adalah penghormatan kepada orang yang dilayani, sekaligus memberikan kehormatan kepada orang yang diberi kesempatan melayani, dengan menuangkan teh ke mangkuk rekan di hadapannya.
Lindungi keluarga Anda dari gangguan kesehatan di masa depan. Hindari teh celup atau produk lain yang mengandung chlorine.

Source : dari berbagai sumber.

Dukung Pulau Komodo Jadi 7 Keajaiban Dunia

Setelah melewati berbagai tantangan dan sempat mengundurkan diri dari New7wonders akhirnya Taman Nasonal Komodo tetap di pertahankan sebagai finalis. Kesempatan bagi kita sebagai warga Indonesia untuk mendukung dengan memberikan suara melalui SMS.

Kita cukup mengetik “KOMODO” dan mengirimnya ke 9818. Terpilih tidaknya pulau Komodo sebagai salah satu dari 7 keajaiban ditentukan suara masyarakat dunia dengan dukungan SMS.
Selain melalui SMS dapat juga langsung mengunjungi http://www.new7wonders.com
dan pilih Pulau komodo sebagai 7 Keajaiban Dunia.

Posisi Pulau Komodo terus merosot, meski sempat bertengger di posisi ke-4 pada pertengahan 2009 silam. Sejak awal tahun 2010, Pulau Komodo mulai terseok-seok memperoleh dukungan sehingga terlempar dari jajaran tujuh besar. Posisi Pulau Komodo terkoreksi di urutan 8-14.
Pulau Komodo memiliki keunggulan dibanding lokasi-lokasi lainnya, apalagi kalau bukan komodo, satwa langka yang dipercaya sebagai ‘dinosaurus’ terakhir di muka bumi.

Taman Nasional Komodo yang meliputi Pulau Komodo, Rinca and Padar, ditambah pulau-pulau lain seluas 1.817 persegi adalah habitat asli komodo. Taman Nasional Komodo didirikan pada 1980 untuk melindungi kelestarian komodo. Tak hanya hewan langka tersebut, Taman Nasional Komodo juga untuk melindungi berbagai macam satwa, termasuk binatang-binatang laut.

Taman Nasional Komodo akan bersaing dengan 27 finalis lain termasuk Laut Mati, Grand Canyon, Great Barrier Reef, Gunung Kilimanjaro, dan Kepulauan Galapagos.

Betapa terharunya Ketika mendengar banyak pemilih yang mendukungan Pulau Komodo dari Negara Korea . tentu ini menjadi semangat bagi warga Indonesia untuk mendukung, kalau Negara lain saja begitu banyak mendukung. Kenapa kita sebagai pemilik pulau Komodo tidak mendukungnya. Kesempatan Indonesia masih terbuka lebar, dari 230 juta penduduk kita. Pulau komodo hanya perlu 1/3 dari penduduk negeri kita untuk menjadi 7 keajaiban Dunia.
pengumuman pemenang 7 besar keajaiban alam dunia baru ini yang direncanakan 11 November 2011 mendatang.
So, Selamat memlih…

Zuhrif Mengajak Mbangun Kampung

Pembangunan wajah perkotaan di Kota Jogja sudah tampak hasilnya pada periode terdahulu dan sekarang. Zuhrif Hudaya – Aulia Reza memandang saatnya periode depan melakukan percepatan pembangunan tersebut semakin banyak menetes kepada masyarakat secara langsung dan nyata. Agar apresiasi benar-benar sejalan dengan realisasi mimpi dari 400 ribu lebih masyarakat Yogyakarta. Password menuju kondisi tersebut adalah bagaimana meletakkan bandul pembangunan ke arah pelosok perkampungan.

Kampung adalah muara dari seluruh aktivitas individu dan sosial masyarakat. Maka di kampunglah Zuhrif Hudaya – Aulia Reza memuarakan seluruh kepentingan pembangunan, agar seluruh kebijakan dan anggaran akan mampu bertemu dengan mimpi-mimpi masyarakat Yogyakarta. Dan seluruh akselerasi pembangunan yang telah berjalan, mampu mencapai titik eskalasi yang mengesankan.

Kampung seperti apa yang diimpikan Zuhrif dan Reza ?

Kampung Sejahtera adalah kampung yang mampu hidup dan menghidupi individu yang ada di dalamnya secara mandiri, untuk mencapai derajat sejahtera dari sisi ekonomi dan politik, tanpa mencerabut dari mereka dari akar sosial dan budayanya.

Kampung Cerdas adalah kampung yang mampu menumbuhkan atmosfer belajar dan membaca, memberikan ruang untuk meningkatkan religiusitas, wawasan dan ketrampilan secara individu maupun kolektif, dengan menggunakan segala macam sarana termasuk kemajuan informasi dan teknologi.

Kampung Wisata adalah kampung yang mampu menjaga warisan dan kekayaan khazanah budaya, membangun kultur keberagaman di atas nilai-nilai toleransi, gotong royong dan kearifan lokal, serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi khas baik bangunan, kesenian, maupun kerajinan.

Kampung Home Industry adalah kampung yang mampu menumbuhkan potensi ekonomi masyarakatnya, mendorong terbentuknya komunitas-komunitas ekonomi yang kokoh, menampung semua bentuk potensi ketrampilan dan wawasan masyarakat, dan menjadi sumber daya ekonomi bagi kemapanan pendapatan keluarga.

Kampung Hijau adalah kampung dengan tingkat kualitas lingkungan memadai, mampu menyediakan hunian yang layak dan sehat, memiliki fasilitas fisik perkampungan sesuai kebutuhan dan keadaan, serta menumbuhkan ruang terbuka hijau sebagai sumber cadangan air dan udara

Zuhrif telah menyuarakan ajakan Mbangun Kampung, adakah yang menolak ?

Ini surat jaminannya.

Sumber : http://cahyadi-takariawan.web.id/

Daan Mogot, Pahlawan Berumur 17 Tahun

 

 

Penduduk Jakarta pasti sudah pernah mendengar nama sebuah jalan bernama Daan Mogot. Jalan yang terbentang dari perempatan Grogol hingga Tangerang. Tapi apakah banyak yang sadar bahwa nama jalan Daan Mogot itu berasal dari sebuah nama seorang pemuda?

 

Pemuda belia itu bernama Elias Daniel Mogot. Daan Mogot adalah nama populer Elias Daniel Mogot. Pemuda ini cukup mengagumkan. Bayangkan ketika anak-anak saat ini yang berumur 14 tahun masih doyan main playstation ataupun ber-FB ria, ternyata saat umur 14 tahun Daan Mogot sudah ikut berperang.

Pemuda kelahiran Manado, 28 Desember 1928, ini dibawa oleh orang tuanya ke Batavia (Jakarta) saat berumur 11 tahun. Daan Mogot adalah anak dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang. Ayahnya ketika itu adalah Hukum Besar Ratahan. Ia anak kelima dari tujuh bersaudara. Saudara sepupunya antara lain Kolonel Alex E. Kawilarang (Panglima Siliwangi, serta Panglima Besar Permesta) dan Irjen. Pol. A. Gordon Mogot (mantan Kapolda Sulut). Di Batavia, ayahnya diangkat menjadi anggota VOLKSRAAD (Dewan Rakyat masa Hindia-Belanda). Kemudian ayahnya diangkat sebagai Kepala Penjara Cipinang.

Di umur 14 tahun (tahun 1942) Daan Mogot masuk PETA (Pembela Tanah Air) yaitu organisasi militer pribumi bentukan Jepang di Jawa, walaupaun sebenarnya ia tak memenuhi syarat karena usianya belum genap 18 tahun. Oleh prestasinya yang luar biasa ia diangkat menjadi pelatih PETA di Bali. Kemudian dipindahkan ke Batavia.

Saat kejatuhan Jepang dan selepas Proklamasi 1945, Daan Mogot bergabung dengan pemuda lainnya mempertahankan kemerdekaan dan menjadi salah seorang tokoh pemimpin Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat Mayor. Uniknya saat itu Daan Mogot baru berusia 16 tahun namun sudah berpangkat Mayor.

Malang tak dapat ditolak, saat ia berjuang membela negeri ini, ayahnya tewas dibunuh oleh para perampok yang menganggap “orang Manado” (orang Minahasa) sebagai londoh-londoh (antek-antek) Belanda. Kesedihannya itu ia sampaikan pada sepupunya Alex Kawilarang.

“Banyak benar anarki terjadi di sini,” kata Alex Kawilarang.

“Memang, itu yang mesti torang bereskan. Oleh karena itu, senjata harus berada di torang pe tangan” kata Daan Mogot. “Torang, orang Manado, jangan berbuat yang bukan-bukan. Awas, hati-hati! Torang musti benar-benar menunjukkan, di pihak mana kita berada.”

Daan Mogot berkeinginan mencurahkan pengetahuannya, apa yang dulu didapatkannya saat masih dibawah PETA. Ia ingin mendidik para pemuda yang mau menjadi tentara. Dan keinginan besarnya itu akhirnya terwujud dengan berdirinya Akademi Milter di Tangerang 18 November 1945 bersama Kemal Idris, Daan Yahya dan Taswin. Dan Daan Mogot diangkat menjadi Direktur Militer Akademi Tangerang (MAT) saat ia berusia 17 tahun dengan calon Taruna pertama yang dilatih berjumlah ada 180 orang.

Hutan Lengkong – Serpong Tangerang

Pada tanggal 30 November 1945 dilakukan perundingan antara Indonesia dengan delegasi Sekutu. Indonesia diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri Agoes Salim yang didampingi oleh dua dua perwira TKR yaitu Mayor Wibowo dan Mayor Oetarjo. Sedangkan pihak Sekutu (Inggris), Brigadir ICA Lauder didampingi oleh Letkol Vanderpost (Afrika Selatan) dan Mayor West.

Pertemuan yang merupakan Meeting of Minds, menghasilkan ketetapan tentang pengambil-alihan primary objectives tentara Sekutu oleh TKR yang meliputi perlucutan senjata dan pemulangan 35 ribu tentara Jepang yang masih di Indonesia, pembebasan dan pemulangan Allied Prisoners of War and Internees (APWI) yang kebanyakan terdiri dari lelaki tua, wanita, dan anak-anak berkebangsaan Belanda dan Inggris sebanyak 36 ribu.

Berdasarkan kesepakatan 30 November 1945, tentara Sekutu tidak lagi memiliki alasan untuk memasuki wilayah kekuasaan Indonesia maupun menggunakan tentara Jepang untuk memerangi Indonesia dengan dalih mempertahankan status quo pra- Proklamasi. Perintah itu disampaikan oleh pihak Sekutu kepada Panglima Tentara Jepang Letjen Nagano.

Sekitar tanggal 5 Desember 1945 ditegaskan oleh Kolonel Yashimoto dari pimpinan tentara Jepang kepada pimpinan Kantor Penghubung TKR di Jakarta cq Mayor Oetarjo bahwa para komandan tentara Jepang setempat sesuai dengan keputusan pimpinan tentara Sekutu, telah diperintahkan tunduk kepada para komandan TKR setempat yang bertanggung jawab atas pemulangan mereka.

Namun pada tanggal 24 Januari 1946, Daan Mogot mendengar pasukan NICA Belanda sudah menduduki Parung. Dan bisa dipastikan mereka akan melakukan gerakan merebut senjata tentara Jepang di depot Lengkong.

Ini sangat berbahaya karena akan mengancam kedudukan Resimen IV Tangerang. Untuk mendahului jangan sampai senjata Jepang jatuh ke tangan sekutu, berangkatlah pasukan TKR dibawah pimpinan Mayor Daan Mogot dengan berkekuatan 70 taruna Militer Akademi Tangerang (MAT) dan delapan tentara Gurkha pada tanggal 25 Januari 1946 lewat tengah hari sekitar pukul 14.00. Ikut pula bersamanya beberapa orang perwira seperti Mayor Wibowo, Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo dan Letnan Soetopo.

Dengan mengendarai tiga truk dan satu jip militer hasil rampasan dari Inggris, para prajurit berangkat dan sampai di markas Jepang Lengkong pukul 16.00 WIB. Di depan pintu gerbang, truk diberhentikan dan pasukan TKR turun. Mereka memasuki markas tentara Jepang dengan Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan taruna Alex Sajoeti (fasih bahasa Jepang) berjalan di depan. Pasukan taruna diserahkan kepada Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo untuk menunggu di luar.

Kapten Abe, dari pihak Jepang, menerima ketiganya di dalam markas. Mendengar penjelasan maksud kedatangan mereka, Kapten Abe meminta waktu untuk menghubungi atasannya di Jakarta. Ia beralasan bahwa ia belum mendapat perintah atasannya tentang perlucutan senjata. Saat perundingan berjalan, ternyata Lettu Soebianto dan Lettu Soetopo sudah mengerahkan para taruna memasuki sejumlah barak dan melucuti senjata yang ada di sana dengan kerelaan dari anak buah Kapten Abe. 40 orang Jepang telah terkumpulkan di lapangan.

Namun entah mengapa, tiba-tiba terdengar bunyi tembakan yang tidak diketahui dari mana asalnya. Disusul tembakan dari tiga pos penjagaan bersenjatakan mitraliur yang diarahkan kepada pasukan taruna yang terjebak. Tentara Jepang yang berbaris di lapangan ikut pula memberikan perlawanan dengan merebut kembali sebagian senjata mereka yang belum sempat dimuat ke dalam truk milik TKR.

Terjadilah pertempuran yang tak seimbang, apalagi pengalaman tempur dan persenjataan para Taruna tak sebanding dsengan pihak Jepang. Taruna MAT menjadi sasaran empuk, diterjang oleh senapan mesin, lemparan granat serta perkelahian sangkur seorang lawan seorang.

Ketika mendengar pecahnya pertempuran, Mayor Daan Mogot segera berlari keluar meninggalkan meja perundingan dan berupaya menghentikan pertempuran namun upaya itu tidak berhasil. Mayor Daan Mogot bersama beberapa pasukannya menyingkir meninggalkan asrama tentara Jepang, memasuki hutan karet yang dikenal sebagai hutan Lengkong.

Namun Taruna MAT yang berhasil lolos menyelamatkan diri di antara pohon-pohon karet mengalami kesulitan menggunakan karaben Terni yang dimiliki. Sering peluru yang dimasukkan ke kamar-kamarnya tidak pas karena ukuran berbeda atau sering macet. Pertempuran ini tidak berlangsung lama, karena pasukan itu bertempur di dalam perbentengan Jepang dengan persenjataan dan persediaan peluru yang amat terbatas.

Dalam pertempuran, Mayor Daan Mogot terkena peluru pada paha kanan dan dada. Tapi ketika melihat anak buahnya yang memegang senjata mesin mati tertembak, ia kemudian mengambil senapan mesin tersebut dan menembaki lawan sampai ia sendiri dihujani peluru tentara Jepang dari berbagai penjuru.

Monumen Lengkong
Dari pertempuran di hutan Lengkong, 33 taruna dan 3 perwira gugur serta 10 taruna luka berat. Mayor Wibowo bersama 20 taruna ditawan, hanya 3 taruna, yaitu Soedarno, Menod, Oesman Sjarief berhasil meloloskan diri dan tiba di Markas Komando Resimen TKR Tangerang pada pagi hari.

Pasukan Jepang selanjutnya bertindak penuh kebuasan. Mereka yang telah luka terkena peluru dan masih hidup dihabisi dengan tusukan bayonet. Ada yang tertangkap sesudah keluar dari tempat perlindungan, lalu diserahkan kepada Kempetai Bogor. Beberapa orang yang masih hidup (walau mereka dalam keadaan terluka) dipaksa untuk menggali kubur bagi teman-temannya.

Tanggal 29 Januari 1946 di Tangerang diselenggarakan pemakaman kembali 36 jenasah yang gugur dalam peristiwa Lengkong disusul seorang taruna Soekardi yang luka berat namun akhirnya meninggal di RS Tangerang. Mereka dikuburkan di dekat penjara anak-anak Tangerang. Hadir pula pada upacara tersebut Perdana Menteri RI Sutan Sjahrir, Wakil Menlu RI Haji Agoes Salim yang puteranya bernama Sjewket Salim ikut gugur dalam peristiwa tersebut beserta para anggota keluarga taruna yang gugur. Dan bagi R.Margono Djojohadikusumo, pendiri BNI 1946, ia kehilangan dua putra terbaiknya yaitu Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna R.M. Soejono Djojohadikoesoemo (keduanya paman dari Prabowo Subianto).

Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Indonesia kemudian mengangkat Daan Mogot sebagai pahlawan nasional. Namanya juga diabadikan menjadi nama Jalan yang menghubungkan Jakarta dengan Tangerang. Jalan Ini memiliki sahabat setia yaitu Kali Mookervaat.

Daan Mogot tutup usia pada tanggal 25 Januari tahun 1946. Hanya sempat merasakan sebulan hidup di usia 17 tahun atau dikenal sebagai saat sweet seventeen saat ini. Mungkin bagi anak muda akan diperingati sebagai masa yang indah, namun bagi Hadjari Singgih, pacar Mayor Daan Mogot, adalah sebuah pengorbanan yang sangat berarti bagi negeri ini. Kado yang terindah darinya adalah dengan memotong rambutnya yang panjang mencapai pinggang dan menanam rambut itu bersama jenasah Daan Mogot.

Kini di antara kemewahan kawasan Serpong, Tangerang Selatan, “terselip” sebuah sejarah bernilai tinggi bagi Republik Indonesia. Sebuah rumah tua, bekas markas serdadu Jepang di Desa Lengkong, menjadi saksi “Pertempuran Lengkong.” Di sebelah kanan rumah itu berdiri sebuah monument yang dibangun sejak tahun 1993. Terukir sejumlah nama taruna dan perwira yang gugur dalam peristiwa heroik yang itu. Namun yang patut disayangkan adanya perbedaan antara museum Lengkong dengan obyek-obyek sejarah lainnya di Tanah Air ini.

Museum dan Monumen Lengkong bukanlah salah satu sarana obyek wisata yang bisa dikunjungi oleh masyarakat luas. Pemanfaatannya hingga saat ini hanya sekedar tempat peringatan peristiwa pertempuran. Sehingga banyak dari masyarakat sekitar yang tidak tahu akan keberadaan bangunan historis tersebut. Apalagi seharusnya di museum terpampang foto-foto perjuangan para taruna militer di Indonesia beserta akademinya, namun sayang sekali foto-foto bersejarah tersebut kini berada di Akademi Militer Tangerang dan akan dipasang kembali tiap tanggal 25 Januari dalam upacara peringatan peristiwa Pertempuran Lengkong.

Kisah kepahlawanan Daan Mogot menjadi tamparan bagi kita, saat usia muda ia telah berbakti untuk negerinya. Seharusnya kita terus kabarkan, agar para pemuda tahu bahwa sejarah negeri ini bermula dari kaum pemuda. Agar para orang pemimpin negeri ini tak memandang remeh pada jeritan kaum muda. Simak dan renungkan, apa yang terukir di pintu gerbang Taman Makam Pahlawan Taruna, Tangerang.

Kami bukan pembina candi
Kami hanya pengangkut batu
Kamilah angkatan yg mesti musnah
Agar menjelma angkatan baru
Di atas kuburan kami telah sempurna

(Sebuah sajak Henriette Rolang Holst ditemukan di saku Lettu Soebianto Djojohadikusumo. Sajak itu tertulis dalam bahasa Belanda dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rosihan Anwar).

Sumber bacaan : Wikipedia, Kemal Idris : “Bertarung Dalam Revolusi”, Peristiwa Heroik Lengkong, glowupmagazine, Edi Santana Sembiring (Kompasiana)

Ketua PBNU: Jangan Salahkan Kucingnya

Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) H Slamet Effendy Yusuf pendapat untuk tidak membuka aurat atau dengan berpakaian rok mini di tempat umum sebenarnya sebuah nasehat yang baik. Karena itu, sebaiknya kaum perempuan tak harus beraksi.

“Sebenarnya ini kan otokritik bagi pemakai rok mini, jadi ada baiknya juga didengar, “ ujarnya kepada hidayatullah.com, Ahad (18/09/2011) malam.

Hanya saja, menurut mantan Ketua Gerakan Pemuda Ansor ini, wacana ini menjadi kurang tepat karena berbarengan dengan kasus pemerkosaan yang baru saja terjadi di Jakarta.

Ia mengaku, baru-baru ini melakukan survey sederhana terhadap pengguna rok mini. Hasilnya cukup menarik. Sebagian pemakai rok mini memang sengaja menarik perhatian pria, namun sebagian yang lain memakai karena tuntutan pekerjaan atau perusahaan.

Karena itu, menurutnya, kaum perempuan yang berdemo membela rok mini belum tentu mewakili semua pemakai rok mini, khususnya mereka yang terpaksa menggunakan karena tuntutan pekerjaannya.

“Sebab, jika disuruh memilih, para karyawan toko pengguna rok mini akan lebih suka menutup tubuhnya daripada membukanya,” lanjutnya.

Karena itu, ia kurang sependapat dengan tudingan yang mengatakan, yang salah bukan rok mini nya, tapi otak yang melihat. Baginya, dua-duanya juga bersalah.

“Otak itu bekerja karena perintah dan stimulus dari indra lain. Orang buta dari lahir, mana bisa memiliki birahi karena rok mini?,” ujarnya.

Logikanya sederhana saja, kalau punya ikan di rumah, ya tutupi. Kalau gak ya digondol kucing.

Lha masak ini kucingnya yang disalahkan,” jawabnya.*

Civitas Akademika UI Beberkan Bukti Kebohongan Rektor ke DPR

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Civitas Akademika UI menyimpulkan Rektor Universitas Indonesia gagal. Hal ini terangkum dalam pertemuan sekitar 90 Civitas Akademika UI yang hadir dalam Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR RI, yang kemudian menyampaikan kesimpulannya kepada para wartawan, Rabu (7/9/2011) kemarin.

Mereka yang hadir dalam RDP antara lain, anggota Dewan Guru Besar, Senat Akademik Universitas, Majelis Wali Amanah, Dosen, serta dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI. Kehadiran mereka mewakili hampir semua fakultas yang ada di UI, termasuk dari BEM

Sementara para tokoh yang hadir antara lain, Prof Hikmahanto Juwana, Prof Anna Erliyana, Prof Saparinah Sadli, Chusnul Mariyah, Ade Armando, Fadjroel Rachman, Effendi Gazali, Tommy Awuy, Tamrin Tomagola, serta yang lain.

Effendi Ghazali yang juga pengamat komunikasi politik UI kepada tribun kemudian mengungkap, pada umumnya mereka yang datang menyambangi para wakil rakyat (anggota Komisi X DPR), membawa fakta-fakta tentang apa yang disebut salah kelola atau gagal kelola oleh Rektor UI.

“Mereka menyatakan Doctor Honoris Causa kepada Raja Saudi Arabia tidak akan terjadi jika Rektor UI menjalankan Good Governance yang transparan dan akuntabel. Para civitas akademika membawa bukti-bukti yang sebelumnya disanggah Rektor UI Gumilar Rosliwa Somantri,” ujarnya.

Apa yang disampaikan Rektor UI sebelumnya, menyatakan proses Doctor Honoris Causa sudah melewati Majelis Wali Amanah, Senat Akademik Universitas (SAU), dan Dewan Guru Besar. Hal ini, kemudian terbantahkan dengan bukti-bukti yang diungkap, kemudian disampaikan kepada Komisi X DPR.

Tim dari UI kemudian memperlihatkan email Profesor Mohammad Nasikin, Ketua Senat Akademik UI 2006-2011 yang dengan tegas menolak bahwa SAU dilibatkan secara resmi. Menurut Nasikin, hal tersebut tidak pernah diplenokan oleh SAU, tidak sah disetujui oleh SAU.

Demikian pula anggota MWA, Andreas Senjaya yang menolak dengan tegas, dan menyatakan bahwa MWA tidak pernah dilibatkan secara resmi. Kemudian, Prof Anna juga membuktikan, telah terjadi diskusi email yang komplit sebelum Dewan Guru Besar FH mengeluarkan Legal Opinion yang menentang Opini Hukum yang dipegang oleh Rektor (yakni dari Prof. Arifin Suriaatmaja).
Bukti-bukti tersebut kemudian diserahkan oleh Prof Anna kepada anggota Komisi X DPR.

‎Pada kesimpulan dengan bukti-bukti tersebut, termasuk tulisan Ade Armando “Mengapa Menggugat Rektor”, civitas akademika UI menyatakan mendukung opsi yang sudah ditawarkan mendiknas. Opsi itu berupa percepatan pemilihan rektor dengan menggunakan instrumen transisi yang memang masih berlaku sesuai Legal Opinion Dewan Guru Besar FH UI.

Para civitas akademika UI mempertegas, telah terjadi salah kelola, sikap otoriter, tidak transparan dan tidak bisa ditolerir lagi.

“Yang kita perbaiki adalah sistem. Tapi bahwa itu nanti akan menyangkut orang tertentu, ya akan kita lihat akibatnya,” ujar Ketua BEM UI, Maman Abdurrahman.

Sementara Wakil Ketua Komisi X DPR, Rully Chairul Azwar menyatakan, pemberian gelar Doktor Honoris Causa (HC) pada Raja Saudi Arabia, kemudian menjadi masalah, lantaran ada kekosongan dalam pengaturan universitas.

“Persoalannya ada di statuta UI. Statuta ini kan jadi dasar hukum dari MWA, kewenangan rektor, kewenangan guru besar dan lain-lain. Itu semua diatur di statuta,” kata Rully.

Adsense Indonesia

Sudah dilihat

  • 223,836 kali

Masukan alamat email.

Join 8 other subscribers

Top Rate